Ads

Monday, March 11, 2019

Jaka Lola Jilid 116

Cui Sian tersenyunn mengejek, akan tetapi wajahnya sudah ditinggalkan kemuramannya.

“Siapa percaya kau akan menolak seorang gadis yang begitu cantik jelita?”

“Sian-moi…..!!”

“Sudahlah, percaya atau tidak, apa bedanya? Kau suka menjadi jodohnya atau tidak, sebetulnya akupun tidak peduli. Bukan urusanku, kan?”

Hampir Yo Wan tertawa bergelak menyaksikan sikap ini. Tadi gadis ini menyerangnya hebat, hampir membunuhnya karena cemburu, akan tetapi sekarang setelah menerima penjelasan, mengatakan bahwa ia tidak peduli dan bukan urusannya! Memang aneh sekali watak perempuan, pikirnya.

“Sian-moi….,” Yo Wan memegang tangan Cui Sian, yang berkulit halus lunak dan yang tidak ditarik ketika dia pegang, “kuharap kau tidak kehilangan kepercayaanmu kepadaku. Sian-moi, tahukah kau mengapa Yosiko tadi hendak mengeroyok dan membunuhmu? Karena aku secara terus terang menolak usul perjodohannya dan mengatakan bahwa di dunia ini hanya seorang gadis yang kucinta dan kuharapkan menjadi calon jodohku, yaitu gadis yang bernama Tan Cui Sian. Dia menjadi marah dan hendak, membunuhmu, bahkan ibunya juga marah lalu pergi hendak menemui suhu agar suka memaksaku. Akan tetapi ibunya tidak tahu akan pengakuanku tentang kau, hanya mengira aku menolak begitu saja. Sian-moi, apapun yang terjadi, siapapun yang akan menggodaku, tak mungkin aku mengubah pendirian hatiku yang sudah teguh bagaikan karang dipantai laut. Lihat, benda inilah yang menjadi saksi akan kesetiaanku kepadamu, Moi-moi!”

Cui Sian tidak mengangkat mukanya yang sejak tadi menunduk, hanya matanya mengerling kepada benda yang dikeluarkan Yo Wan dari sakunya. Ternyata benda itu adalah sehelai saputangan, saputangannya yang ia berikan kepada pemuda itu ketika Yo Wan menghadapi lawan-lawan sakti, di antaranya Bhok Hwesio. Kepala itu makin menunduk.

“Sian-moi…… percayakah kau kepadaku kini?”

Cui Sian tidak menjawab dengan mulut, akan tetapi dua titik air mata yang terjatuh di tangan Yo Wan ketika kepala itu mengangguk perlahan merupakan jawaban yang cukup meyakinkan.

Sampai beberapa lama keduanya hanya berdiri saling berpegang tangan, tidak ada suara keluar dari mulut mereka, namun hati masing-masing dipenuhi kebahagiaan. Akhirnya, setelah agak terlambat karena selalu menolak para pemuda yang merayunya, Cui Sian mendapatkan juga jodohnya.






Akhirnya Cui Sian juga yang memecahkan kesunyian karena terdorong rasa sungkan dan malu di samping rasa bahagianya. la menarik tangannya, mengangkat muka dan sepasang mata bintang bersinar-sinar menentang wajah Yo Wan, bibirnya tersenyum. Yo Wan membalas dengan pandang mata mesra dan tersenyum pula senyum dan sinar mata itu cukup mewakili hati, menyampaikan seribu satu macam bahasa yang penuh madu asmara.

“Ah, kita melamun sampai melupakan urusan!” kata Cui Sian, wajahnya menjadi merah sampai ke telinganya. la memasukkan pedangnya dan berkata, “Hatiku masih bingung memikirkan keadaan Swan Bu dan Siu Bi si gadis liar itu. Aku berjumpa dengan mereka sedang berdua, dan agaknya Swan Bu merasa berat untuk berpisah dari Siu Bi. Padahal ayah bundanya tentu saja mengharapkan agar Swan Bu dapat mencuci segala kesalah fahaman dan noda akibat fitnah jahat dengan jalan mengawini Lee Si…..”

Yo Wan mengangguk-angguk dan menarik napas panjang.
“Kita tidak mungkin dapat menyalahkan Swan Bu. Moi-moi, kalau hati sudah menyerah kepada kasih, apalagi yang dapat menjadi halangan? Banyak sudah contoh-contohnya kita dapat petik daripada cerita lama. Tentu kau tahu akan riwayat ayahmu sendiri yang diombang-ambingkan oleh asmara, kemudian riwayat suhu yang juga menjadi korban kasih tak sampai. Dan aku maklum benar bahwa pada dasarnya, gadis-gadis seperti Siu Bi dan Yosiko bukanlah jahat. Hanya karena mereka sejak kecil terdidik dalam suasana yang kasar dan liar, mereka menjadi orang yang berwatak liar dan keras. Soal Swan Bu dan Siu Bi, biarlah kita urus perlahan-lahan dan kita bicarakan bersama dengan orang-orang tua bagaimana baiknya.”

Cui Sian mengangguk-angguk. Dia sendiri sedang diamuk cinta, tentu saja ia dapat merasakan keadaan Siu Bi sehingga rasa bencinya berkurang.

“Akan tetapi bagaimana tentang Yosiko? Biarpun dia itu masih keponakanku sendiri, bagaimana aku bisa membenarkannya kalau dia menjadi ketua gerombolan bajak laut? Apakah kita harus mendiamkannya saja? Kurasa hal ini amat tidak sejalar dengan sikap yang harus diambil orang gagah menghadapi kejahatan. Biarpun keluarga sendiri, kalau jahat, harus ditentang!”

Yo Wan memandang kekasihnya dengan bangga.
“Kau seorang pendekar wanita sejati, Moi-moi. Memang seharusnya demikianlah. Akan tetapi, sebelum mengambil jalan kekerasan, marilah kita mencari jalan yang lebih halus dan agaknya aku melihat jalan yang baik sekali untuk mengatasi hal ini. Kalau kita bisa mengaturnya…..”

la lalu bercerita tentang pertemuan dan pertandingan antara Bun Hui dan Yosiko, menyatakan dugaannya bahwa Bun Hui tertarik dan suka kepada ketua Kipas Hitam yang cantik itu.

Sambil berjalan perlahan kembali ke perkemahan bersama Yo Wan, Cui Sian mendengarkan cerita kekasihnya. Pertemuan antara Yo Wan dan orang-orang gagah disitu amatlah menggembirakan, terutama Swan Bu dan Tan Hwat Ki. Mereka bercakap-cakap sampai jauh malam, akan tetapi tidak sepatah katapun Yo Wan atau Cui Sian bicara tentang diri Siu Bi.

**** 116 ****





No comments:

Post a Comment