Ads

Thursday, March 7, 2019

Jaka Lola Jilid 097

Dengan cepat sekali sesosok sinar putih menyambar kearah Hwat Ki. Pemuda ini mengenal sinar putih yang siang tadi telah merampas pedang Hek-kim-kiam dari tangan sumoinya. la tidak menjadi gentar, lalu memutar tangan kirinya dan mendorong ke depan.

“Plakkk!”

Ujung sinar putih atau lebih tepat ujung sabuk sutera putih itu terpental kembali ketika bertemu dengan tangan kiri Hwat Ki yang ketika didorongkan mengeluarkan cahaya kehijauan itu.

Kagetlah Yo-kongcu. Pukulan tangan kiri Hwat Ki tadi jelas adalah pukulan jarak jauh yang luar biasa sekali. Memang sesungguhnya demikianlah. Hanya satu macam ilmu pukulan jarak jauh di dunia ini yang dilakukannya dengan cara memutar-mutar lengan kiri seperti itu, yaitu Ilmu Pukulan Ching-tok-ciang (Tangan Racun Hijau)!

Ilmu Pukulan Ching-tok-ciang ini diwarisi oleh Hwat Ki dari ayahnya, karena ilmu ini merupakan peninggalan neneknya, ibu dari Tan Sin Lee. Karena ilmu yang sifatnya ganas dan liar, lebih tepat dipergunakan oleh golongan hitam, maka Tan Sin Lee tidak mengajarkannya kepada murid-muridnya yang lain kecuali kepada putera tunggalnya, dengan pesan agar ilmu ini jangan dipergunakan kalau tidak perlu. Biarpun ilmu ini merupakan ilmu ganas, namun karena merupakan peninggalan ibunya, terpaksa dia wariskan kepada puteranya.

Akan tetapi pemuda she Yo yang tangkas itu hanya sebentar saja terkejut karena selain dia segera dapat mengatasi kekagetannya, juga pedangnya kini sudah menerjang dengan gerakan yang amat ganas dan cepat.

Jauh bedanya sifat gerakan pedangnya kalau dibandingkan dengan gerakan samurai di tangan Shato-ku pemuda Jepang tadi. Gerakan samurai itu cepat bertenaga, akan tetapi tenaganya adalah tenaga kasar sedangkan kecepatannya wajar, berbeda dengan ilmu silat pedang yang lebih banyak mengandalkan kecepatan ginkang, tenaga dalam dan gerak-gerak tipu dan pancingan-pancingan yang berbahaya.

Hwat Ki menjadi heran dan kagum juga. Pemuda Jepang darah campuran ini ternyata memiliki ilmu pedang yang hebat dan aneh sekali, karena gerakan-gerakannya biarpun masih jelas merupakan ilmu pedang yang pilihan, juga tercampur gerakan silat Jepang. Ginkangnya cukup tinggi, tenaga sinkangnya juga amat kuat, sedangkan pedang di tangannya itupun terbuat daripada bahan baja pilihan karena setiap kali bertemu dengan Swat-cu-kiam di tangannya, mengeluarkan warna seperti perak dan mempunyai tenaga getaran tanda logam pusaka.

Selain ini, pemuda peranakan Jepang itu benar-benar lincah sekali menggunakan langkah-langkah bersumber Kim-tiauw-kun. la pernah mendengar dari ayahnya bahwa Kim-tiauw-kun merupakan sumber banyak macam ilmu langkah ajaib, di antaranya yang paling hebat adalah Si-cap-it Sin-po dan yang ke dua adalah Ilmu Langkah Hui-thian-jip-te (Terbang di Langit Masuk ke Bumi). Berbeda dengan Si-cap-it Sin-po yang mempunyai empat puluh satu langkah, Hui-thian-jip-te mempunyai dua puluh empat langkah.

Agaknya, pemuda she Yo ini menggunakan Hui-thian-jip-te karena langkah-langkahnya tidak terlalu banyak macamnya namun cukup untuk menghindarkan diri daripada serangan-serangan berbahaya. Yang lebih berbahaya adalah sabuk sutera putih ini berkelebatan menjadi gulungan sinar putih yang menyilaukan mata, kadang-kadang bergulung-gulung menjadi lingkaran-lingkaran besar kecil yang selain dipergunakan untuk menotok jalan darah lawan, juga suka dipergunakan untuk berusaha melibat pedang lawan dan merampasnya.

Namun Tan Hwat Ki tidak selemah sumoinya. Ilmu pedangnya mantep, gerakannya penuh tenaga dalam, sikapnya tenang dan pertahanannya kokoh kuat. Sama sekali sabuk sutera putih itu tidak membikin hatinya gugup, malah perlahan-lahan dengan dorongan-dorongan Ching-tok-ciang serta tekanan pedang Swat-cu-kiam di tangan kanan, dia mulai mendesak lawannya setelah pertandingan berlangsung seratus jurus lebih dengan amat serunya.

Tiga orang tua yang masih duduk menghadapi meja, juga Bu Cui Kim, memandang penuh kekaguman. Diam-diam Cui Kim makin kagum terhadap pemuda Jepang yang tampan sekali itu. Tadinya ia menganggap bahwa diantara semua pemuda di dunia ini, sukarlah mencari tandingan suhengnya yang memiliki kepandaian luar biasa.

Siapa kira, kini pemuda peranakan Jepang yang tampan sekali itu mampu menandingi Hwat Ki sampai seratus jurus lebih dalam pertandingan yang seru dan seimbang. Hatinya makin kagum dan ia memandang penuh perhatian.

Setelah melihat betapa perlahan-lahan pemuda peranakan Jepang itu mulai terdesak oleh lingkaran-lingkaran sinar pedang suhengnya, diam-diam ia menaruh kekhawatiran kalau-kalau kakak seperguruan itu akan menurunkan tangan besi dan membunuh si pemuda Jepang seperti yang dilakukannya terhadap Shatoku pemuda Jepang tadi.






Memang Hwat Ki tidak mau memberi kesempatan lagi kepada Yosiko. la pikir lebih baik melenyapkan ketua Kipas Hi-tam ini karena kalau ketuanya sudah tewas, tentu akan lebih mudah membasmi gerombolan bajak laut yang mengganggu keamanan wilayah Po-hai. Maka dia makin hebat mendesak dengan jurus-jurus pilihan dari ilmu pedangnya.

Adapun Yo-kongcu yang terdesak itu, berkali-kali mengeluarkan seruan kagum atas ilmu kepandaian lawan. la tidak kelihatan gelisah, biarpun terdesak dan tertekan, seruan-seruan kagum dari mulutnya mengandung kegembiraan.

“Hebat, kau patut menjadi jodohnya….” demikian berkali-kali dia berseru. “Ilmu pedangmu hebat!”

“Tidak usah banyak cakap, bersiaplah untuk mampus!”

Hwat Ki membentak dan pedangnya menyambar-nyambar seperti tangan maut mencari korban.

Mendadak dia mendengar suara Cui Kim berseru keras,
“Suheng, celaka….. kita tertipu…..!”

Hwat Ki kaget dan menengok. Ternyata adik seperguruannya itu terhuyung-huyung lalu roboh pingsan diatas lantai! la tidak tahu apa yang terjadi atas diri sumoinya, cepat dia meloncat kearah adik seperguruannya itu, akan tetapi mendadak dia merasakan kepalanya pening, pandang matanya berkunang-kunang. Tahulah dia sekarang. la, seperti juga sumoinya, terkena racun!

Agaknya tadi karena dia bertanding dan mengerahkan sinkang, racun itu tidak begitu terasa olehnya, apalagi memang sinkang yang dimiliki sumoinya tidak sekuat sinkangnya. Dengan penuh kemarahan Hwat Ki menengok. Dilihatnya Yosiko atau Yo-kongcu (tuan muda Yo) itu tersenyum, berdiri memandang kepadanya seperti orang mengejek.

“Keparat! Kau….. curang! Kau meracuni kami…..!” Hwat Ki menguatkan diri dan memaki.

Senyum itu melebar, akan tetapi kini pandangan mata Hwat Ki sudah remang-remang kurang jelas, hanya kelihatan gigi putih berkilat, kemudian terdengar suara pemuda Jepang kepala bajak itu berkata, terdengar oleh telinganya seperti suara yang datang dari jauh sekali,

“Tan Hwat Ki, kau belum mengenal kelihaian Kipas Hitam. Kalau kau kalah bertanding denganku, kau dan adikmu tentu sudah mati sekarang. Akan tetapi kalau menang, kau dan adikmu harus menjadi tawananku. Jangan khawatir, kami takkan membunuh kalian, racun itu hanya beberapa menit saja membuat kalian pingsan…..”

Apa yang diucapkan selanjutnya, tak terdengar lagi oleh Hwat Ki yang sudah roboh pingsan di samping adik seperguruannya.

“Siauw-pangcu….. (Ketua Muda), untuk apa menawan mereka? Lebih baik lekas bunuh saja agar tidak menimbulkan kerewelan di belakang hari,” kata seorang diantara dua kakek itu, yang bertubuh kurus kering.

“Pauw-lopek (uwa Pauw), mereka itu masih orang sendiri, tak mungkin aku membunuh mereka, kecuali….. hemmm kecuali kalau mereka tidak mau menurut memihak kita,” jawab Yosiko dengan suara tegas.

“Bagus sekali! Kipas Hitam kiranya hanya perkumpulan bajak busuk yang dipimpin oleh seorang wanita curang” tiba-tiba terdengar suara orang.

Kaget bukan main hati Yosiko, serentak dia meloncat dan siap, demikian pula tiga orang tua itu. Entah dari mana datangnya, tahu-tahu disitu telah muncul seorang pemuda berpakaian serba putih yang sederhana, dengan wajah yang tenang dan penuh wibawa. Pemuda ini bukan lain adalah Yo Wan!

Seperti kita ketahui, secara kebetulan sekali Yo Wan berada di rumah makan dalam dusun Leng-si-bun dan menyaksikan peristiwa yang terjadi antara muda-mudi Lu-liang-san itu dengan orang-orang Kipas Hitam.

Ketika muncul Yosiko yang mengaku she Yo dan memiliki gerakan yang hebat, dia kaget dan heran sekali, juga ingin tahu karena bagaimana ketua Kipas Hitam itu memiliki she (nama keturunan) yang sama dengan dia? Diam-diam dia menyelinap pergi sambil meninggalkan uang pembayaran makan minum, kemudian membayangi si pemuda ketua Kipas Hitam itu ke dusun Kui-bun dipantai Po-hai.

Dengan kepandaiannya yang luar biasa, Yo Wan berhasil membayangi terus sampai di gedung tempat kediaman ketua Kipas Hitam itu dan bersembunyi. la dapat menduga bahwa muda-mudi yang dirampas pedangnya itu pasti akan menyusul ke Kui-bun, maka diam-diam dia bersembunyi sambil memasang mata, siap menolong muda-mudi itu apabila mereka terancam bahaya.

Kalau muda-mudi itu bertentangan dengan golongan bajak laut yang mengganggu ketenteraman penghidupan para nelayan dan saudagar di tepi laut, pasti dia akan memihak mereka. Apalagi karena timbul dugaan di dalam hatinya bahwa muda-mudi itu sedikit banyak tentu mempunyai hubungan dengan gurunya, Pendekar Buta.

Ketika dugaannya terbukti dengan munculnya muda-mudi di ruangan besar gedung itu, dia mendapat kenyataan yang menggirangkan, juga mengherankan hatinya. Bahwa pemuda itu bernama Tan Hwat Ki putera Tan Sin Lee ketua Lu-Liang-pai. Kini tidaklah heran dia mengapa pemuda itu dan sumoinya demikian lihai dan memiliki gerakan langkah Kim-tiauw-kun.

Tentu saja dia girang dan niatnya menolong atau membantu mereka lebih mantap lagi. Akan tetapi, hal yang amat rnengherankan hatinya adalah ketika dia melihat pula kenyataan bahwa pemuda baju putih yang disebut Yosiko atau Yo-kongcu dan menjadi ketua Kipas Hitam itu ternyata adalah seorang wanita!

Pandang matanya yang tajam segera dapat membuka rahasia ini ketika Yosiko mulai bersilat melawan Hwat Ki. Ada gerakan-gerakan otomatis pada kaki dan lengan seorang wanita, yang amat berbeda dengan gerakan otomatis kaki tangan pria. Dalam menggerakkan lengannya, seorang wanita otomatis tidak mau membuka pangkal lengannya menjauhi dada, hal ini adalah sifat pembawaan tiap wanita.

Tentu saja dalam mainkan ilmu silat, hal ini tidak mengikat benar, namun dalam ilmu silatpun tercampur dengan gerakan otomatis yang menjadi dasar menurut pembawaan masing-masing.

Melihat gerak ini, kemudian melihat wajah yang terlalu tampan itu, kulit yang terlalu halus untuk pria, mudah saja Yo Wan menduga bahwa pemuda tampan itu adalah seorang gadis cantik yang menyamar pria! Keheranan ini belum seberapa kalau dibandingkan dengan keheranan ketika dia melihat betapa gadis peranakan Jepang ini menggerakkan kaki dalam langkah-langkah ajaib yang amat dikenalnya. Itulah inti ilmu langkah ajaib yang pernah dia pelajari dari suhunya, Pendekar Buta!

Hanya bedanya, yang dia pelajari adalah lebih lengkap berjumlah ernpat puluh satu jurus, sedangkan yang dikuasai gadis Jepang itu adalah dua puluh empat jurus Hui-thian-jip-te! Benar-benar amat luar biasa dan hal ini meragukan hatinya untuk memusuhi dan membasmi ketua Kipas Hitam ini.

Demikian, ketika dia melihat Hwat Ki sudah mendesak hebat, seperti juga Cui Kim, dia khawatir kalau-kalau Hwat Ki dalam kemarahannya membunuh ketua Kipas Hitam itu, maka dia bersiap-siap untuk menghentikan pertandingan mati-matian itu.

Akan tetapi, tiba-tiba dia melihat Cui Kim roboh pingsan, disusul oleh Hwat Ki dan mendengar ucapan Yo-siko, dia mengerutkan kening. Gadis peranakan Jepang itu benar-benar lihai, berani, juga liar dan curang, maka sambil mengejek dia lalu menampakkan diri.

Marahlah hati Yosiko ketika melihat munculnya seorang asing secara mendadak. la bertepuk tangan tiga kali dan muncullah enam orang pendek-pendek yang ternyata bukan lain adalah Kamatari dan lima orahg temannya. Si Pedang Cakar Naga ini bersama lima orang temannya menjura dalam-dalam sampai jidat mereka hampir menyentuh tanah di depan Yosiko.

“Apa yang dapat kami lakukan untuk Yo-kongcu yang terhormat?” tanyanya dalam bahasa Jepang.

“Kalian ini sekelompok udang goblok, bagaimana dengan tugasmu menjaga sehingga orang dusun ini bisa masuk kesini tanpa ijin?” bentak Yosiko sambil menudingkan telunjuknya kearah Yo Wan.

Kamatari melirik dan tampak kaget ketika melihat Yo Wan.
“Dia….. dia adalah orang yang kelihatan di dalam rumah makan di Leng-si-bun!” katanya gagap dan heran.






No comments:

Post a Comment