Ads

Thursday, March 7, 2019

Jaka Lola Jilid 096

Pemuda berbaju putih itu tersenyum lebar, sebelum bicara dia menggunakan sehelai saputangan putih bersih menghapus mulutnya. Agak keras dia menggosok-gosok bibirnya yang berleporan minyak masakan itu sehingga ketika dia menurunkan saputangan itu, sepasang bibirnya menjadi merah seperti dipulas gincu.

Makin tampan wajahnya sehingga kembali Cui Kim harus menekan perasaan hatinya yang bergelora. Selama hidupnya baru kali ini Cui Kim mengalami hal seaneh ini melihat seorang pemuda. Akan tetapi, memang pemuda ini luar biasa tampannya!

“Sayang, kalian masih belum percaya bahwa aku mengandung maksud hati yang baik. Padahal kalau dipikir, kau telah membunuhi belasan orang-orang kami, bahkan kau tadinya tidak mengindahkan undangan kami. Baiklah aku memperkenalkan diri. Aku adalah keturunan campuran antara bangsamu dan darah Jepang, namaku Yosiko atau boleh diubah menjadi Yo Si Kouw.” la tersenyum.

Dengan masih berdiri dan sikapnya angker, Hwat Ki berkata, pandang matanya tajam menyelidik,

“Kau bernama Yosiko dan menjadi ketua dari perkumpulan bajak Kipas Hitam yang mengganggu keamanan Laut Po-hai dan muara Sungai Kuning. Terus terang saja, kami berdua kakak beradik seperguruan memang bertugas untuk membersihkan daerah ini daripada gangguan bajak! Karena itulah ketika anak buahmu mengganggu, kami bunuh mereka. Nah, sekarang kau mengundang kami, ada keperluan apakah?”

Ucapan Hwat Ki ini merupakan tantangan langsung. Akan tetapi Yosiko tidak menjadi marah, bahkan tersenyum dan memandang kagum.

“Kau benar-benar gagah berani! Apa kau kira mudah saja membasmi kami? Apa kau berani menghadapi kami yang banyak, sedangkan banyak perwira kerajaan tewas di tangan kami?”

“Orang she Yo, kalau tadi aku sudah berani mengaku terus terang di depanmu, berarti kami tidak takut menghadapi kalian! Akan tetapi karena sikapmu berbeda dengan bajak-bajak yang kasar, bahkan kau telah mengundang kami dan menjamu sebagai tamu, biarlah kunasihatkan agar kau segera kembali ke tempat asalmu dan jangan melanjutkan pekerjaan kotor menjadi bajak di daerah ini. Aku sudah bicara dan kalau tidak menghargai saranku, baiklah, terpaksa aku melupakan kebaikanmu dan menganggapmu sebagai musuh!”

Yo-kongcu itu tertawa, giginya putih berkilat.
“Ah, alangkah gagahnya! Kau tentu she Tan, bukan? Bukankah kau putera dari ketua Lu-liang-pai dan ayahmu bernama Tan Sin Lee?”

Hwat Ki tidak menjadi heran. Sebagai seorang kepala bajak, tentu saja kepala bajak muda ini mempunyai banyak kaki tangan dan penyelidik sehingga dapat mengetahui keadaan dirinya.

“Memang aku Tan Hwat Ki dan ayahku bernama Tan Sin Lee ketua dari Lu-liang-pai. Setelah tahu akan hal itu, lebih baik kau menerima saranku, hentikan pembajakan-pembajakan di daerah ini.”

“Ahhh, benar dugaanku. Orang sendiri! Eh, Tan Hwat Ki, enak saja kau menyuruh orang menghentikan pekerjaan. Kalau aku tidak mau mundur, bagaimana?”

“Pedangku akan membereskan segalanya!” kata Tan Hwat Ki sambil menepuk gagang pedangnya.

la maklum bahwa menghadapi kepala bajak yang aneh dan lihai ini, perlu sikap tegas, karena mereka berdua sudah berada di sarang harimau.

“Tapi….. tapi aku tidak ingin bermusuhan denganmu!”

Kini Cui Kim yang merasa tidak enak kalau diam saja, menjawab.
“Kalau tidak ingin bermusuhan, lebih baik menerima saran Suhengku, sebelum terlambat dan pedang kami membasmi kalian!”

“Wah-wah-wah, galaknya!” Yo-kongcu mengeluh. “Tan Hwat Ki, dengarlah sekarang maksud hatiku. Aku sengaja mengundang kau dan Sumoimu kesini dengan maksud baik. Ketahuilah bahwa telah lama aku mendengar nama besar jago-jago di daratan, di antaranya jago dari Lu-liang-san. Aku mempunyai seorang adik perempuan yang sedang mencari jodoh, sukarnya dia menghendaki jodoh seorang pemuda yang dapat mengalahkan aku! Nah, kulihat kau cukup hebat, maka ingin aku mencoba kepandaianmu.”

Setelah berkata demikian, Yo-kongcu yang aneh ini melolos sehelai sabuk sutera putih dan sebatang pedang yang kecil panjang.

Merah sekali wajah Hwat Ki, juga dia menjadi makin marah.
“Ucapanmu tidak karuan, orang she Yo! Siapa sudi melayani ucapan gila-gilaan itu? Hayo lekas kau memilih, mengundurkan diri dari wilayah ini dengan aman atau harus makan pedangku!”






“Bagus, Tan Hwat Ki, kau majulah. Memang aku hendak menguji kepandaianmu!” tantang ketua Hek-sin-pang (Perkumpulan Kipas Hitam) itu.

“Suheng, biarkan aku maju menghadapi bajak ini!” tiba-tiba Cui Kim meloncat maju dengan pedang Hek-kim-kiam di tangan.

Pemuda tampan baju putih itu tersenyum, membuat wajahnya menjadi ganteng sekali.
“Aha, adik yang manis. Apakah kau juga hendak memasuki sayembara?”

“Apa….. apa maksudmu?”

“Agaknya kau sama dengan adik perempuanku, mencari jodoh dengan menguji kepandaian pemuda yang disukainya. Kau hendak menguji kepandaianku?”

Wajah Cui Kim menjadi merah sekali.
“Setan kau…..!!”

“Sumoi, tunggu! Laki-laki ceriwis ini tak perlu kau layani, serahkan kepadaku. He, orang she Yo! Kalau kau memang laki-laki sejati, jangan mengganggu wanita dengan ucapan kotor. Hayo kau tandingi pedangku!”

“Srattt!”

Tampak sinar berkilauan ketika pemuda dari Lu-liang-san ini mencabut pedang. Pedangnya pendek saja, akan tetapi pedang ini mengeluarkan cahaya menyilaukan dan mengandung hawa dingin. Inilah pedang yang terbuat daripada logam putih yang sudah terpendam di dalam salju ribuan tahun lamanya, maka diberi nama Swat-cu-kiam (Pedang Mustika Salju).

Karena logam putih itu tidak banyak terdapat, maka hanya dapat dibuat menjadi sebatang pedang pendek saja. Logam putih itu didapatkan oleh Tan Sin Lee di puncak gunung yang selalu tertutup salju, dibuat menjadi pedang pendek dan diberikan kepada puteranya.

Pada saat itu, dari pintu samping melompat masuk seorang pemuda. Pemuda ini pendek tegap tubuhnya, kelihatan kuat sekali, mukanya agak hitam karena sering terbakar sinar matahari, pakaiannya ringkas dan kepalanya dicukur botak semodel dua orang kakek yang duduk disitu, tangannya memegang pedang Samurai dan matanya berkilat-kilat penuh kemarahan.

“Yosiko….. eh, Yo-kongcu, tidak ada laki-laki yang cukup berharga menandingimu sebelum menangkan Shatoku!”

Yo-kongcu kelihatan kaget dan membentak,
“Shatoku, mundur…..!”

“Maaf, dia harus mengalahkan aku lebih dulu!”

Setelah berkata demikian, pemuda Jepang yang bernama Shatoku itu menerjang ke depan, kearah Hwat Ki sambil memekik keras,

“Haaaiiiiittt!”

Pedang samurainya berkelebat bagaikan halilintar menyambar, kuat dan cepat bukan main, jauh lebih kuat dan lebih cepat daripada gerakan samurai di tangan Kamatari. Menyaksikan gerakan ini, Hwat Ki tidak berani memandang ringan. la dapat menduga apa yang terjadi. Tentu pemuda Jepang yang bernama Shatoku ini seorang yang mencinta atau tergila-gila kepada gadis adik ketua Kipas Hitam dan kini menjadi cemburu.

Diam-diam dia mendongkol sekali kepada orang she Yo itu, juga dia marah kepada pemuda Jepang ini yang datang-datang menerjangnya dengan mati-matian. la harus perlihatkan kepandaian. Cepat dia mempergunakan langkah-langkah Kim-tiauw Sin-po (Langkah Ajaib Rajawali Emas) yang dia warisi dari ayahnya.

Begitu dia mainkan langkah-langkah ini, sinar samurai yang menyambar-nyambar bagaikan halilintar itu selalu mengenai tempat kosong. Pemuda Jepang Shatoku itu menjadi penasaran sekali. Dia seorang yang terkenal paling hebat diantara pemuda bangsanya yang menjadi anggauta Kipas Hitam. Masa sekarang dia tidak mampu merobohkan seorang pemuda kurus yang kelihatan lemah? Samurainya diputar secepatnya dan kini serangannya mengeluarkan bunyi berdesingan di samping menciptakan gulungan sinar yang melibat-libat di sekitar tubuh Hwat Ki.

Setelah mainkan Kim-tiauw Sin-po sampai tiga puluh jurus sambil memperhatikan gerakan lawan, tahulah sekarang Hwat Ki rahasia dan kelemahan ilmu silat pedang lawannya yang aneh itu. Ilmu pedang itu hanya mengandalkan tenaga dan kecepatan, tanpa ada variasi atau kembangan, juga tenaga yang diandalkannya hanya tenaga kasar.

Memang harus diakui amat cepat dan andaikata dia tidak mempunyai Ilmu Kim-tiauw Sin-po, agaknya serangan kalang-kabut seperti hujan badai itu sedikitnya akan membuat dia gugup dan kacau.

Setelah mempelajari gerakan lawan, tiba-tiba Hwat Ki mengeluarkan seruan nyaring, tubuhnya berkelebat dan bagi pandangan Shatoku, tiba-tiba lawannya lenyap dari pandangan matanya. Kemudian dia mendengar angin di belakangnya, cepat samurainya dia kelebatkan ke belakang. Namun hanya mengenai angin belaka dan tahu-tahu, sebelum dia sempat menjaga karena tidak tahu lawan menyerang dari mana, Shatoku merasa betapa dadanya dimasuki sesuatu yang amat dingin sehingga membuat dia menggigil. Samurainya terlepas dari tangan, dia terhuyung-huyung lalu roboh miring. Dari dadanya mengucur keluar darah karena dada itu sudah ditembusi pedang Swat-cu-kiam!

“Yosiko…..” bibirnya berbisik sedangkan matanya yang sudah mulai pudar sinarnya itu ditujukan kearah ketua Kipas Hitam.

Orang she Yo itu membuang muka dan berkata,
“Salahmu sendiri, Shatoku. Kau tidak tahu diri, seperti si cebol merindukan bulan. Matilah dengan tenang, kau roboh di tangan seorang pendekar gagah!”

Mata Shatoku tertutup dan matilah pemuda Jepang itu. Atas isyarat Yo-kongcu, empat orang laki-laki muncul dan membawa pergi jenazah itu, sedangkan para pelayan wanita cepat membersihkan sisa-sisa darah di lantai dengan kain dan air. Cepat pekerjaan ini dan sebentar saja keadaan sudah bersih kembali seperti semula.

“Tan Hwat Ki, kepandaianmu cukup untuk menandingi aku. Hayo majulah!”

Yo-kongcu berseru, pedangnya tegak lurus ke atas di depan keningnya, sabuk sutera putih di tangan kiri digulung. Gaya kuda-kuda ini indah dipandang, akan tetapi juga aneh dan asing.

“Orang she Yo, sekali lagi kunasihatkan supaya kau mundur dan menarik semua bajak dari daerah ini, kembali ke tempat asalmu. Contohnya orangmu tadi, terpaksa kurobohkan karena secara kurang ajar dia menyerangku tanpa sebab. Aku sungguh tidak ingin membunuh orang yang baru saja menjamu kami.”

“Tak perlu banyak cakap lagi, Tan Hwat Ki. Kalau kau dapat menangkan aku, kau akan menjadi jodoh adikku, kalau tidak terpaksa kami memberi hukuman atas kelancanganmu membunuh banyak orang anggauta Kipas Hitam.”

“Bagus, kau lihat baik-baik pedangku!”

Hwat Ki segera menikam dengan jurus Kim-tiauw-liak-sui (Rajawali Emas Sambar Air). Mula-mula jurus ini digerakkan dengan lambat, akan tetapi secara mendadak berubah cepat dan dahsyat sekali, yang dijadikan sasaran sekaligus adalah tiga tempat, yaitu tenggorokan, ulu hati dan pusar! Ujung pedang tergetar menjadi tiga, biarpun menusuk secara berturut-turut, namun saking cepatnya seakan-akan merupakan tiga batang pedang menusuk sekaligus.

“Bagus!”

Yo-kongcu memuji dalam bahasa Jepang, dan sepasang kakinya dengan cekatan melangkah ke samping dan sekaligus terhindarlah dia daripada pedang lawan.

“Ehhh…..!!”

Hwat Ki berseru kaget melihat cara lawannya menghindarkan diri dan cepat dia menerjang lagi bertubi-tubi dengan tiga jurus dirangkai sekaligus tanpa memberi kesempatan lawan balas menyerang. Pancingannya berhasil karena Yo-kongcu melanjutkan langkah-langkahnya untuk menghindar. Lincah sekali gerakannya dan tiga jurus yang dilancarkan dengan cepat ini dapat dihindarkan dengan baik.

“Tahan!” teriak Hwat Ki yang tak dapat menahan keheranan hatinya lagi. “Orang she Yo, dari mana kau mencuri langkah-langkah ajaib dari Kim-tiauw-kun?”

Yo-kongcu tertawa mengejek, mempermainkan sabuk sutera putih di tangan kirinya.
“Tan Hwat Ki, apa kau kira hanya engkau sendiri yang mampu mainkan langkah Kim-tiauw-kun? Ihhh, kau terlampau memandang rendah kepadaku. Lihat serangahku!”






No comments:

Post a Comment