Ads

Tuesday, February 12, 2019

Pendekar Buta Jilid 124 (TAMAT)

Tak perlu diceriterakan lagi betapa gembira dan girangnya hati para orang gagah ini yang saling berjumpa di tempat yang tidak disangka-sangka, apalagi mendengar tentang selamatnya Cui Sian. Hanya saja, kegembiraan mereka terganggu oleh berita tentang kematian Song-bun-kwi.

Karena memang sejak dahulu keturunan orang-orang gagah, Beng San mengajak putera-puteranya untuk membantu Raja Muda Yung Lo yang dia anggap benar berdasarkan surat wasiat peninggalan kaisar tua.

Berkat bantuan orang-orang gagah seperti mereka inilah maka perjuangan Yung Lo berhasil merebut kekuasaan hanya dengan perang selama empat tahun saja. Dia naik tahta pada tahun 1403, menggantikan Kaisar Hui Ti yang hanya berkuasa dari tahun 1399 sampai 1403.

Biarpun Kun Hong tidak dapat ikut membantu peperangan, namun dia menunda pernikahannya dengan Hui Kauw sampai perang selesai, barulah pernikahan dirayakan dengan meriah sekali di Hoa-san-pai. Semua orang gagah dari semua penjuru memerlukan datang, karena pada waktu itu, nama Pendekar Buta sudah amat terkenal di dunia kang-ouw.

Terharu sekali hati orang tua Kun Hong, yaitu ketua Hoa-san-pai dan semua orang gagah yang hadir menyaksikan pasangan pengantin itu. Yang pria buta, yang wanita bermuka hitam. Lebih-lebih terharu hati para orang tua mengingat akan ucapan Hui Kauw ketika didepan para orang tua, Kun Hong berkata,

“Sebetulnya, mukanya itu terkena racun dan aku sanggup mengobati sampai sembuh dan lenyap warna hitamnya.”

Bagaimana jawaban Hui Kauw? Dengan suara halus gadis ini berkata,
“Tidak perlu. Memang sebaiknya begini, agar kami berdua masing-masing mempunyai cacat, lagi pula, mukaku boleh hitam atau putih, apa bedanya baginya? Aku tidak ingin kelihatan cantik oleh mata orang lain, kecuali hanya cantik untuk suamiku.”

Akan tetapi ketika sepasang mempelai dipertemukan dan mereka berdua berkesempatan bicara berdua di dalam kamar pengantin, Hui Kauw terpaksa tidak dapat mempertahankan terus pendapatnya itu. Dengan suara berbisik mereka bercakap-cakap begini,

“Hui Kauw, kau harus membiarkan aku mengobati mukamu.”

“Aku tidak ingin mukaku putih. Aku tidak ingin memamerkan kecantikan pada orang lain kecuali kepadamu.”

“Hushh, bukan untuk pamer, tetapi kau ingat, ibunya bermuka hitam, anaknyapun akan bermuka hitam. Apa kau suka melihat anakmu kelak mukanya menjadi hitam seperti pantat kuali?”

“Ihhhhh, ceriwis kau, tak tahu malu…….!”

Akan tetapi akhirnya ia tidak berani mencegah suaminya mengobati mukanya sehingga pulih menjadi putih bersih dan membuat ia tampak cantik seperti bidadari, karena tentu saja ia takut kalau-kalau betul seperti kata suaminya bahwa kelak muka anaknya akan menjadi hitam!





Kun Hong dengan isterinya tiga bulan kemudian pergi ke Liong-thouw-san dimana mereka tinggal dan di situ pula Yo Wan atau A Wan putera janda Yo, dididik sebagai murid. Sin-eng-cu Lui Bok bersama rajawali emas sudah pergi lagi melakukan perantauannya yang tiada tujuan tertentu.

Bagaimana dengan Tan Loan Ki? Gadis lincah jenaka yang kehilangan orang tuanya tetapi sebagai penggantinya mendapatkan jodohnya, Nagai Ici jagoan samurai Jepang itu, ikut dengan suaminya ke Jepang.

Tempat tinggal warisan ayahnya masih ia pertahankan dan kadang kala ia bersama suaminya menyeberangi lautan untuk tinggal selama beberapa bulan atau tahun ditempat lama. Seperti juga Kun Hong, Loan Ki dan suaminya hidup bahagia.

Bun Wan putera Kun-lun-pai yang ternyata seorang kepercayaan Raja Muda Yung Lo, mendapat penghargaan dan diberi kedudukan sebagai panglima muda. Orang gagah yang mengorbankan sebelah matanya ini juga mengawini Hui Siang dan hidup mulia dan megah di kota raja utara.

Tan Beng San ketua Thai-san-pai, setelah menjemput puterinya di Liong-thouw-san sambil menghaturkan terima kasih kepada Sin-eng-cu Lui Bok, lalu kembali ke Thai-san-pai yang sudah dirusak oleh orang-orang jahat.

Suami isteri ini amat bahagia karena Kun Hong mendapat seorang jodoh yang baik sebagai pengganti puteri mereka dan mereka amat berterima kasih karena biarpun sudah buta, ternyata Kun Hong selalu membela mereka.

Demikianlah, ceritera ini berakhir sampai disini dengan catatan dari pengarang bahwa keadilan Tuhan selalu akan mendatangkan rahmat dan keselamatan jiwa raga bagi orang-orang yang menjunjung tinggi dan melaksanakan kebenaran dalam hidup, dan selalu mendatangkan hukum dan kehancuran bagi mereka yang menyeleweng daripada kebenaran serta mengabdi kepada nafsu dan kesenangan pribadi, menindas menyengsarakan orang lain demi kepentingan diri sendiri.

T A M A T






No comments:

Post a Comment