Ads

Thursday, February 28, 2019

Jaka Lola Jilid 070

“Aku telah menangkapnya, Swan Bu, dan kami menanti keputusanmu. Setelah ia membuntungi lenganmu dan dia sekarang sudah tertawan, apa yang akan kita lakukan kepadanya?” kata Cui Sian.

Swan Bu melangkah maju tiga tindak seperti gerakan orang linglung, matanya menatap tajam kepada Siu Bi. Tanpa bertanya dia maklum apa yang telah terjadi, melihat muka dan leher gadis itu penuh jalur-jalur merah, rambutnya terlepas dan diikatkan pada cabang pohon, pakaiannya robek-robek bekas cambukan. Hatinya terenyuh, ingin dia lari memeluknya, cinta kasihnya tercurah penuh kepada gadis itu.

Akan tetapi dia teringat akan kehadiran Lee Si, Cui Sian, dan juga Yo Wan. Suatu ketidak mungkinan besar kalau dia memperlihatkan cinta kasih kepada gadis musuh besar yang baru saja membuntungi lengannya! Tak mungkin!

“Swan Bu,” kata Cui Sian melihat sikap pemuda itu seperti orang linglung yang ia kira tentu karena demam, “katakan, apa yang harus kita lakukan terhadapnya? Lenganmu ia bikin buntung secara bagaimana? Kalau dia berlaku curang, sepatutnya ia dihukum dan…..”

“Tidak, Bibi, bebaskan dia! Aku terbuntung dalam pertempuran. Bebaskan dia, aku tidak ingin melihatnya lebih lama lagi!”

Yo Wan yang memang mengharapkan Siu Bi dibebaskan, segera bergerak dan dalam waktu beberapa detik saja, rambut itu sudah terlepas dari cabang, dan jalan darah Siu Bi sudah normal kembali.

Siu Bi membiarkan rambutnya terurai, dan berdiri seperti patung, menatap wajah Swan Bu. Air matanya menitik turun berbutir-butir, tapi bibirnya tersenyum,

“Swan Bu, selamanya aku akan menantimu…..”

Setelah berkata demikian, gadis itu lalu membalikkan tubuhnya dan berlari cepat meninggalkan tempat itu, tidak lupa menyambar pedang Cui-beng-kiam yang menggeletak disitu.

“Ahhh…..!”

Swan Bu mengeluh dan dia tentu akan terguling kalau saja Cui Sian tidak cepat menangkapnya. Ternyata Swan Bu sudah pingsan kembali! Cui Sian dan Lee Si mengira bahwa keadaan pemuda ini karena demam dan lukanya. Akan tetapi diam-diam Yo Wan mengeluh dalam hatinya. la dapat menduga sedalam-dalamnya. Tak mungkin seorang gadis seperti Siu Bi dapat mengalahkan Swan Bu dalam pertempuran, apalagi membuntungi lengannya. Akan tetapi, Swan Bu sengaja mengaku bahwa lengannya buntung dalam pertempuran! Ini saja sudah membuka rahasia bahwa Swan Bu jatuh cinta kepada Siu Bi.

“Hemmm, seyogyanya gadis liar seperti itu tidak boleh dibebaskan…..” kata Cui Sian sambil menidurkan Swan Bu keatas tanah.

“Sian-moi, kau dengar sendiri Swan Bu menghendaki demikian dan kurasa sekarang yang terpenting bukan hal itu. Aku dan adik Lee Si sudah naik ke Liong-thouw-san, akan tetapi suhu dan subo ternyata tidak berada disana, agaknya baru beberapa hari pergi meninggalkan puncak, tidak tahu kemana mereka itu pergi. Urusan yang menyangkut nama baik adik Lee Si dan sute bukan main-main, kurasa kemarahan Tan Kong Bu Lo-enghiong takkan mudah dipadamkan kalau tidak ada bukti yang membuka rahasia fitnah dan tipu muslihat kaum Ang-hwa-pai. Oleh karena itu, harap Sian-moi suka merawat Swan Bu dan sekarang juga aku akan mengantar adik Lee Si ke Kong-goan, hendak kucoba mencari Ang-hwa Nio-nio dan menundukkannya, memaksanya membuka rahasia itu kalau mungkin di depan Tan-loenghiong sendiri, atau setidaknya di depan orang-orang tua kita.”

Cui Sian mengangguk-angguk dan mengerutkan alisnya yang hitam kecil dan panjang melengkung indah,

“Aku tahu watak Kong Bu koko amatlah keras. Seperti baja kata ayah. Akan tetapi dia tidak dapat disalahkan kalau sekarang marah-marah karena apa yang dilihatnya memang merupakan penghinaan yang tiada taranya bagi seorang gagah.”

“Itulah, Bibi, yang amat menggelisahkan hatiku.” kata Lee Si. “Pada waktu itu aku berada dalam keadaan tertotok, tak dapat bergerak, sudah kucoba memanggil ayah, akan tetapi dia terlalu marah dan musuh yang menjalankan tipu muslihat terlalu pandai. Memang nasibku yang buruk…..”

Lee Si menangis dan tak seorangpun tahu bahwa tangisnya ini sebagian besar karena menyaksikan sikap Siu Bi tadi dan terutama karena Swan Bu membebaskan dan seakan-akan mengampuni gadis yang telah membuntungi lengannya!

“Sudah, tenanglah, Lee Si. Dengan twako di sampingmu, yang akan mengurus penjernihan persoalan ini, kurasa segalanya akan berhasil baik.”






“Sian-moi, kau lebih mengerti tentang pengobatan daripada aku, kalau tidak demikian agaknya akulah yang seharusnya merawat sute dan kau menemani adik Lee Si. Akan tetapi sungguh aku tidak mengerti bagaimana harus merawatnya sampai sembuh, kalau salah perawatan bisa berbahaya…..”

“Tidak apa, Yo-twako. Sudah sepatutnya aku merawat Swan Bu. Kau berangkatlah.”

Yo Wan sebetulnya merasa berat untuk segera berpisah setelah pertemuan yang tak terduga-duga ini, akan tetapi tugas lebih penting daripada perasaan pribadi, maka diapun lalu berangkatlah bersama Lee Si. Dengan gadis ini di sampingnya, tentu saja perjalanan tidak dapat dilakukan secepat kalau dia pergi seorang diri. Baiknya Lee Si bukan gadis lemah, dan ilmu lari cepatnya boleh juga sehingga tidaklah akan terlalu lambat.

Tidak demikian dengan Cui Sian. Setelah Swan Bu siuman kembali, ia mengajak pemuda ini melakukan perjalanan perlahan dan lambat, mencari sebuah dusun atau kota dimana mereka akan dapat beristirahat dan ia dapat mencarikan ramuan obat untuk pemuda itu.

Swan Bu jarang bicara, kecuali menjawab pertanyaan-pertanyaan Cui Sian. Pemuda ini kelihatan termenung, akan tetapi sama sekali tidak memikirkan lengannya yang buntung. Untuk kedua kalinya, Cui Sian mendengar cerita seperti yang ia dengar dari penuturan Yo Wan, yaitu tentang tipu muslihat dan fitnah yang dilakukan oleh Ang-hwa-pai di Kong-goan.

“Kong Bu koko tentu marah sekali. Dia terlalu jujur untuk dapat menduga bahwa semua itu hanya fitnah yang diatur dan direncanakan oleh musuh.”

Cui Sian menarik napas panjang. Mereka bercakap-cakap sambil berjalan perlahan keluar dari dalam hutan setelah melakukan perjalanan sepekan lamanya. Selama itu, hanya hutan dan gunung yang mereka lalui, tidak pernah melihat dusun. Atas kehendak Swan Bu, biarpun lambat, mereka melakukan perjalanan menuju ke Kong-goan menyusul Yo Wan dan Lee Si.

“Itulah yang menggelisahkan hatiku, Sukouw. Paman Kong Bu pasti akan marah sekali, dan mendengar suaranya ketika itu, aku yakin bahwa dia tidak ragu-ragu untuk melaksanakan ancamannya, yaitu membunuhku. Kalau sampai aku bertemu dengan dia dan paman Kong Bu bersikeras hendak membunuhku, bagaimana aku berani melawannya? Aku cukup maklum betapa pedihnya urusan ini baginya….. dan aku tidak tahu bagaimana harus mengatasinya.”

“Jangan khawatir. Kurasa betul Yo-twako, bahwa jalan satu-satunya hanya memaksa mereka yang melakukan fitnah untuk mengaku di depan Kong Bu koko, dan aku percaya betul Yo-twako akan dapat membereskan hal ini.”

Biarpun keadaannya seperti itu, diam-diam Swan Bu tersenyum dan mengerling ke arah wajah gadis itu di sampingnya.

“Sukouw, hebat betulkah kepandaian Yo-suheng? Dulu ketika aku masih kecil, dia sudah amat hebat akan tetapi kalau aku ingat betapa dulu aku pernah memanahnya, ahhh….. dan sekarang dia mati-matian hendak membela namaku, sungguh aku merasa malu!”

“Kau….. memanahnya?”

Swan Bu tersenyum masam.
“Aku masih kanak-kanak dan manja, kurasa tidak ada orang yang dapat melawanku ketika itu.”

la lalu menceritakan kejadian di waktu dia masih anak-anak dan dengan orang tuanya berada di puncak Hoa-san. Kemudian datang ketua Sin-tung-kai-pang yang hendak mencari perkara, dan muncullah Yo Wan yang biarpun sudah terpanah pundaknya oleh Swan Bu, namun masih berhasil mengusir semua musuh.

Cui Sian kagum bukan main dan makin besarlah perasaan mesra terhadap Yo Wan bersemi di hatinya.

“Hebat dia,” katanya tanpa menyembunyikan perasaannya, “dan dia sama sekali tidak marah ketika itu! Dan sekarangpun dia sama sekali tidak menaruh dendam, malah berusaha untuk membersihkan namamu. Swan Bu, aku percaya, seorang gagah seperti dia pasti akan mampu membereskan urusanmu ini.”

“Mudah-mudahan, Sukouw. Akan tetapi, apakah paman Kong Bu mau menerimanya begitu saja, entahlah. Keadaan adik Lee Si ketika itu memang….. memang….. ah, kasihan dia, tentu saja sebagai seorang gadis terhormat ia merasa amat terhina.”

Cui Sian termenung, lalu tiba-tiba la berkata,
“Memang sukar menghapus luka itu, baik dari hati Lee Si maupun dari hati Kong Bu koko, kehormatan mereka tersinggung hebat dan kiranya hanya ada satu jalan untuk menebusnya Swan Bu.”

“Jalan apakah itu, Sukouw?”

“Tiada lain, kau menikah dengan Lee Si!”

Wajah pemuda itu seketika menjadi merah sekali, dan dia kaget bukan main.
“Tidak….. tidak mungkin…..”

Cui Sian sudah berhenti melangkah dan kini mereka berdiri berhadapan, Swan Bu menundukkan mukanya.

“Swan Bu, aku tahu bahwa kau mencinta Siu Bi, bukan?” Suaranya tajam seperti pandang matanya.

Swan Bu mengangkat muka, tak tahan melihat pandang mata tajam penuh selidik itu dan dia menunduk kembali, hatinya risau dan ingin mulutnya membantah, akan tetapi tak dapat dia mengeluarkan kata-kata karena tahu bahwa kalau dia memaksa bicara, suaranya akan sumbang dan gemetar, juga akan bohong, tidak sesuai dengan suara hatinya.






No comments:

Post a Comment