Ads

Saturday, February 23, 2019

Jaka Lola Jilid 044

“Aku mau ceritakan semua, akan tetapi kau harus berjanji akan memberi pelajaran ilmu silat kepadaku, Twako.”

“Ilmu silat? Tapi…… ilmu silatmu sudah hebat sekali!”

“Hebat apanya? Cara kau menghindarkan pedangku tadi. Bukan main! Aku ingin kau mengajarkan aku cara mengelak seperti itu, Twako.”

Yo Wan kaget, Si-cap-it Sin-po atau ilmu langkah ajaib itu dia pelajari dari Pendekar Buta! Mana boleh diajarkan kepada orang lain, apalagi kepada orang yang berniat memusuhi Pendekar Buta? Tapi dia segera mendapat sebuah pikiran yang cerdik dan bagus, maka dia mengangguk.

“Baiklah, nanti kuajarkan itu kepadamu!”

Siu Bi mulai dengan ceritanya secara singkat.
“Aku anak tunggal seorang janda, sampai sekarang aku tidak tahu siapa ayahku karena ibu merahasiakannya. Aku diambil anak ayah angkatku, juga aku menerima pelajaran dari kakek guruku, yaitu Hek Lojin. Semenjak kecil aku belajar silat di Go-bi-san dan kakek Hek Lojin amat sayang kepadaku. Dia kehilangan lengannya, buntung sebatas siku kiri, dibuntungi Pendekar Buta ketika bertempur melawannya. Karena kakek amat baik kepadaku, dia menurunkan semua ilmunya kepadaku dan aku telah bersumpah sebelum dia meninggal dunia bahwa aku pasti akan mencari Pendekar Buta dan membalaskan dendam hatinya dengan jalan membuntungi lengan Pendekar Buta dan anak isterinya.”

“Mengapa kakekmu bertempur dengan Pendekar Buta? Apakah dia tidak menceritakan kepadamu sebab-sebabnya sehingga kau dapat mengerti apakah sebetulnya kesalahan Pendekar Buta terhadap kakekmu?”

Dengan hati-hati dan secara berputar, Yo Wan bertanya dengan maksud mengingatkan gadis ini bahwa tidak baik mengancam hendak membuntungi lengan orang-orang tanpa mengetahui kesalahan mereka yang sesungguhnya.

Akan tetapi dia keliru. Siu Bi menggerakkan alisnya yang hitam panjang dan kecil seperti dilukis.

“Apa peduliku tentang itu? Bukan urusanku! Urusan antara mendiang kakek dan Pendekar Buta, tiada sangkut-pautnya dengan aku. Urusanku dengan Pendekar Buta hanya untuk membalaskan sakit hati kakek yang telah dibuntungi lengannya, tentu saja berikut bunganya karena kakek sudah menderita puluhan tahun lamanya. Adapun bunganya edalah lengan isteri dan anak Pendekar Buta.”

Jawaban ini membuat Yo Wan menggeleng-gelengkan kepalanya dan menarik ,napas panjang.

“Eh, kau tidak setuju? Bukankah kau bilang hendak membantuku menghadapi mereka?”

Cepat Yo Wan menjawab.
“Memang, aku akan membantumu dalam segala hal, Bi-moi. Akan tetapi, aku hanya ingin mengatakan bahwa tugasmu itu sama sekali bukanlah hal yang mudah dilaksanakan. Pendekar Buta Kwa Kun Hong adalah seorang pendekar besar yang amat sakti. Isterinyapun memiliki ilmu kepandaian tinggi, juga puteranya. Mereka bertiga merupakan keluarga yang sukar sekali dilawan, apalagi dikalahkan secara yang kau katakan tadi, membuntungi lengan mereka. Wahhh, hal ini kurasa takkan mungkin dapat kau lakukan.”





“Hemmm, Yo-twako, kenapa kau begini kecil hati dan penakut? Aku sih sama sekali tidak takut! Apalagi ada kau di sampingku yang akan membantuku, Menghadapi iblis-iblis dari nerekapun aku tidak takut! Kau tidak usah khawatir, Twako. Kalau kita sudah berhadapan dengan mereka, biarkan aku menghadapi mereka sendiri. Kau tidak usah turut campur atau turun tangan. Terserah kepadamu apakah kau mau membantuku kalau melihat aku kalah oleh mereka. Aku hanya minta kau temani aku ke Liong-thouw-san. Bagaimana?”

Yo Wan merasa kasihan sekali dan tidak tega hatinya untuk menolak. Benar-benar seorang gadis yang patut dikasihani. Tidak tahu siapa ayahnya! Adakah kenyataan yang lebih pahit daripada ini?

“Bi-moi, aku sendiri merasa heran mengapa ibumu merahasiakan siapa adanya ayahmu. Akan tetapi, siapakah itu ayah angkatmu?”

“Dia suami ibu!”

“Ah…..!”

Tak dapat Yo Wan menahan seruannya ini, karena memang sama sekali tak disangka-sangkanya. Melihat gadis itu memandang tajam karena seruan kagetnya, dia cepat-cepat menyambung.

“Kalau begitu, dia itu bukan ayah angkatmu, melainkan ayah tirimu. Begitukah?”

Siu Bi mengangguk, lalu terus menundukkan mukanya. Betapapun juga, hatinya tertusuk dia merasa sakit. Semenjak kakeknya terbunuh oleh The Sun dan ia mendengar bahwa orang yang selama itu ia anggap ayahnya ternyata bukan ayahnya sejati, timbul rasa tak senang, bahkan benci kepada diri ayah tirinya itu.

“Benar, dia itu ayah tiriku, namanya The Sun. Selama ini aku memakai she The, padahal bukan….. eh, kau kenapa?”

Ketika mengangkat muka memandang, Siu Bi melihat betapa Yo Wan melompat berdiri tegak, mukanya pucat sekali dan sepasang matanya memandang kepadanya, dengan terbelalak. Cepat ia menghampiri dan hendak memegang pundak pemuda itu sambil berkata gemas,

“Yo-twako, kau kenapa? Sakitkah kau?”

“Tidak….. tidak….. jangan sentuh aku!” tenak Yo Wan sambil melompat mundur.

“Yo-twako, kenapakah… ?”

Siu Bi benar-benar gelisah melihat keadaan Yo Wan yang seperti tiba-tiba menjadi gila itu.

“Kenapa?” suara Yo Wan parau dan tiba-tiba dia tertawa tapi seperti mayat tertawa. “Huh-huh-huh kenapa katamu Ayah tirimu, The Sun itu adalah pembunuh ibuku!”

Setelah berkata demikian, Yo Wan berkelebat dan sebentar saja dia sudah lenyap dari depan Siu Bi. Gadis ini tercengang, berusaha mengejar, akan tetapi hatinya sendiri terlampau tegang sehingga kedua kakinya menjadi lemas. la berusaha memanggil, akan tetapi tidak ada suara keluar dari mulutnya. Kemudian ia bersungut-sungut dan berbisik lirih, penuh kemarahan dan kegemasan.

“The Sun, kau benar-benar telah merusak hidupku…… aku benci padamu….. aku benci…..” dan gadis ini lalu menangis terisak-isak di bawah pohon.

Sementara itu, dengan hati pedih dan perasaan tidak karuan Yo Wan berlari-lari cepat sekali, menjauhkan diri sejauh mungkin dari gadis yang ternyata adalah anak tiri The Sun. Dan anak tiri musuh besarnya yang telah menghina ibunya dan menyebabkan kematian ibunya ini (baca Pendekar Buta), sekarang bermaksud akan membuntungi lengan suhu dan subonya serta putera mereka!

**** 044 ****





No comments:

Post a Comment