Ads

Thursday, February 28, 2019

Jaka Lola Jilid 066

Sebetulnya apakah yang telah terjadi di puncak Liong-thouw-san? Sayang tidak ada yang dapat bercerita kepada dua orang muda itu. Akan tetapi andaikata ada yang dapat bercerita, agaknya malah akan membuat mereka menjadi makin gelisah saja karena baru tiga hari yang lalu, di puncak itu terjadi hal hebat seperti yang dikhawatirkan oleh Lee Si.

Pada suatu senja, tiga hari yang lalu, selagi Kwa Kun Hong Si Pendekar Buta bersama isterinya, Kwee Hui Kauw, duduk didalam pondok bercakap-cakap setelah Hui Kauw menyalakan api penerangan dan Kun Hong sedang makan masakan sayur yang dihidangkan isterinya sambil bercakap-cakap, tiba-tiba terdengar suara bentakan keras diluar pondok.

“Kwa Kun Hong, keluarlah dan pertanggung-jawabkan kebiadaban anakmu!!”

Sepasang sumpit yang menyumpit sayur dan sudah berada di depan mulut itu terhenti. Kun Hong miringkan kepala, keningnya berkerut dan perlahan-lahan dia menurunkan kembali sumpit dan mangkoknya. Telinganya mendengar gerakan isterinya menyambar pedang di dinding dan pada saat isterinya hendak melayang keluar pintu, dia berkata lirih,

“Tahan dulu, jangan terburu nafsu. Serasa mengenal suaranya…..”

“Tak peduli dia siapa, dia telah menghina kita dan anak kita!”

“Manusia bisa keliru, mungkin salah faham…..”

Dari luar kembali terdengar bentakan,
“Kwa Kun Hong, lekas keluar sebelum kuhancurkan pondokmu!”

Dengan tongkat di tangan, Pendekar Buta bergerak keluar dari pintu pondok-nya, diikuti oleh Hui Kauw yang masih memegang sebatang pedang dengan muka keren. Alangkah kaget dan herannya nyonya ini ketika meliHat bahwa yang berdiri di depan pondok, dengan tegak dan kedua kaki dipentang, sikap mengancam, wajah bengis, adalah seorang laki-laki tinggi besar dan gagah yang bukan lain adalah Tan Kong Bu!

Keadaan jago tua Min-san ini menyeramkan sekali. Sepasang matanya yang tajam itu bersinar-sinar penuh kemarahan, rambutnya agak awut-awutan, mukanya merah padam, tangan kiri dikepal-kepal dan tangan kanan meraba gagang pedang. Suaranya menggeledek ketika dia melihat Kun Hong dan isterinya keluar dari pondok.

“Kwa Kun Hong, kalau kau tidak lekas mempertanggung-jawabkan kebiadaban anakmu, sekarang juga seorang diantara kita harus mampus disini!”

Wajah Pendekar Buta penuh kerut-merut, akan tetapi dia tetap tenang dan sabar. Sebaliknya, biarpun Hui Kauw adalah seorang wanita yang berperangai halus dan amat sabar, akan tetapi sekarang, sebagai seorang ibu yang mendengar anak tunggalnya dimaki biadab, darahnya seketika menjadi naik. la menudingkan telunjuk tangan kirinya kearah Kong Bu dengan tangan kanan melintangkan pedang di depan dada.

“Tan Kong Bu! Isterimu terhitung murid keponakan suamiku, jadi kau ini boleh juga dikatakan keponakan kami. Akan tetapi sikapmu ini sungguh-sungguh tidak patut. Ada urusan boleh diurus, ada soal boleh dibicarakan, segala sesuatu boleh dirunding baik-baik tidak seperti kau ini yang bersikap kasar dan menghina!”

“Siapa menghina? Ha-ha-ha, bicara tentang penghinaan, anakmu yang biadab itulah yang menghina kami! Penghinaan melampaui batas takaran, penghinaan yang hanya dapat dicuci dengan darah dan nyawa, nyawa Kun Hong atau nyawaku! Kalau kau hendak maju sekalian, boleh, aku tidak takut demi untuk membela nama baik anakku, mati bukan apa-apa!”

Setelah berkata demikian, agaknya kepanasan hatinya menjadi makin berkobar oleh kata-katanya. Kong Bu menggerakkan tangan dan “srattt!” la telah mencabut sebatang pedang.






Tentu saja Hui Kauw menjadi makin marah, merasa ditantang.
“Hemmm, manusia sombong. Kau kira aku takut kepadamu? Kau kira hanya engkau seorang di dunia ini yang gagah dan tidak takut mati, yang ingin membela anak? Tiada hujan tiada angin kau memaki-maki anak kami, memaki-maki kami, kalau kau menantang bertempur, majulah. Aku lawanmu.” Hui Kauw melompat ke depan siap dengan pedangnya.

Pada dasarnya Tan Kong Bu memang seorang yang berwatak keras dan berangasan, maka mendengar omongan ini dan melihat sikap Hui Kauw, kemarahannya terhadap Swan Bu memuncak. Wanita ini adalah ibu Swan Bu patut mempertanggung-jawabkan pula. la memekik keras, mengeluarkan suara melengking tinggi dan tubuhnya bergerak maju.

“Bagus, kau atau aku yang mampus!”

Pedangnya menyambar ganas, penuh dengan tenaga Yang-kang sehingga sambaran pedang itu mengandung hawa panas yang amat berbahaya.

Namun Hui Kauw adalah isteri Pendekar Buta. Sebelum menjadi isteri Pendekar Buta, ia telah memiliki kepandaian tinggi, dan mungkin pada waktu itu tidak akan dapat menahan serangan Tan Kong Bu putera Si Raja Pedang. Akan tetapi sekarang, ia bukanlah Hui Kauw dua puluh tahun yang lalu. Ilmu kesaktiannya mengalami kemajuan pesat dibawah pimpinan suaminya.

Melihat datangnya serangan hebat ini, dia mengelak sambil membabat dari samping, menghantam pedang lawan.

“Tranggg!”

Bunga api berpijar merupakan kilat-kilat kecil menerangi cuaca yang sudah mulai remang-remang itu. Keduanya terpental mundur.

“Bagus, terimalah ini!”

Tan Kong Bu menerjang lagi, lebih ganas dan lebih kuat. Kembali Hui Kauw menangkis dari samping dan kini saking hebatnya tenaga dalam mereka, kedua pedang itu saling tempel tanpa mengeluarkan bunyi!

Pada saat itu, berkelebat bayangan merah, disusul suara keras dan dua batang pedang yang saling tempel itu terpental ke belakang, malah Hui Kauw dan Kong Bu terhuyung-huyung tiga langkah. Kiranya Kun Hong sudah turun tangan, menggunakan tongkatnya untuk memisahkan dua pedang itu.

“Ah, apa perlunya semua ini? Hui Kauw, kau mundur. Kong Bu, marilah kita bicara baik-baik. Apa sebetulnya yang telah terjadi? Kau agaknya marah-marah kepada anak kami. Kesalahan apakah yang diperbuat oleh Swan Bu? Kau ceritakan kepada kami agar kami dapat mengetahui dan mempertimbangkan. Diantara kita, masa harus menggunakan kekerasan?”

Akan tetapi Kong Bu yang sudah mendidih darahnya itu, tak dapat dibikin sabar. Dengan suara tetap lantang dan penuh kemarahan dia berkata,

“Kun Hong, mana bisa kita bicara baik-baik setelah penghinaan yang dilakukan oleh anakmu? Akan tetapi agar kalian tidak penasaran, dengarlah apa yang telah dilakukan oleh anakmu yang biadab itu, agar terbuka mata kalian betapa kalian tidak becus mendidik anak. Anakmu Kwa Swan Bu itu telah menawan Lee Si anakku dan melakukan perbuatan terkutuk, dia….. dia berani mencemarkan….. dia berani menodai Lee Si, terkutuk dia! Karena dia lari, sekarang aku datang kesini untuk minta pertanggungan-jawabmu. Kun Hong, penghinaan ini terlalu besar, kau sebagai ayahnya menebus dengan nyawamu atau aku sebagai ayah Lee Si mencuci noda dengan darahku!”

“Bohong…..!” tiba-tiba Hui Kauw menjerit marah. “Dimana terjadinya? Siapa yang menjadi saksi? Apa buktinya?”

“Huh, siapa bohong? Aku sendiri yang menjadi saksi! Lee Si ditawannya, tertotok tak berdaya dan ditawan kedalam kuil tua di kota Kong-goan…..”

“Bohong! Aku tidak percaya, tidak mungkin anakku melakukan perbuatan itu. Kau yang bohong!” kembali Hui Kauw berteriak.

“Mulut bisa bohong, akan tetapi mata tidak! Dan mataku melihat sendiri kejadian itu, dan mataku tidak buta seperti mata Kun Hong! Hanya mata buta yang tidak mau melihat kebiadaban putera sendiri dan melindunginya!”






No comments:

Post a Comment