Ads

Tuesday, February 19, 2019

Jaka Lola Jilid 035

Akan tetapi mereka keliru kalau mengira bahwa mereka akan dapat merobohkan dan menangkap Ouwyang Lam dengan mudah. Begitu pemuda itu menggerakkan kaki tangan, dia telah menyambut terjangan kedua orang ini dengan pukulan dan tendangan yang dahsyat, memaksa dua orang tosu itu mengelak sambil menyusul dengan serangan dari samping.

Akan tetapi pada saat itu, Siu Bi sudah membentak nyaring dan menerjang Kung Lo Tosu sehingga lerpaksa tosu ini bertanding melawan Siu Bi. Hal ini tidak mengecilkan hati kedua orang tosu Kun-lun-pai. Siu Bi hanya seorang gadis remaja, juga Ouwyang Lam yang mereka pernah dengar sebagai Ouwyang-kongcu yang terkenal kiranya hanya seorang pemuda biasa saja.

Dengan cepat mereka memainkan kaki tangan, mengeluarkan Ilmu Silat Kun-lun-pai. Mereka adalah tosu-tosu tingkat ke empat di Kun-lun-pai, ilmu kepandaian mereka tinggi. Biarpun mereka percaya bahwa suheng mereka tewas, akan tetapi mereka mengira bahwa tewasnya sang suheng itu adalah karena pengeroyokan, sama sekali tidak pernah menyangka bahwa tewasnya Kung Be Tosu adalah karena bertanding satu lawan satu dengan pemuda ini!

Setelah bergebrak beberapa jurus, barulah kedua orang tosu itu kaget dan mendapat kenyataan bahwa kedua orang lawannya ternyata lihai bukan main. Jangankan menangkap, menyerang saja mereka tidak mampu lagi, hanya dapat mempertahankan diri, menangkis dan mengelak ke sana ke mari karena kedua orang muda itu mendesak mereka dengan pukulan-pukulan yang cepat dan luar biasa.

Kung Lo Tosu menjadi kabur matanya melihat sinar hitam bergulung-gulung dari kedua lengan lawannya, dan pukulan-pukulan gadis remaja ini mengandung hawa yang panas bukan main. Adapun Kung Thi Tosu juga bingung menghadapi sinar merah dari pukulan Ouwyang Lam, kepalanya pening mencium bau harum yang aneh.

“Adik Siu Bi, kalau kita bunuh mereka, mereka tidak akan dapat mengingat-ingat akan kelihaian kita. Hayo berlomba lempar mereka ke telaga!” kata Ouwyang Lam sambil tertawa.

Siu Bi memang tidak mempunyai maksud untuk membunuh lawannya karena ia sendiri tidak mempunyai permusuhan apa-apa dengan tosu Kun-lun-pai. Mendengar ajakan ini, ia berseru keras dan tahu-tahu ia telah berhasil mencengkeram pundak lawannya dan dengan gerakan cepat ia melemparkan tubuh Kung Lo Tosu ke air telaga di depannya.

Tepat pada saat itu juga, Ouwyang Lam berhasil pula melemparkan lawannya sehingga tubuh kedua orang tosu Kun-lun-pai ini melayang dan terbanting ke dalam air yang muncrat tinggi-tinggi. Mereka gelagapan, tenggelam dan beberapa saat kemudian timbul kembali megap-megap, berusaha berenang akan tetapi tak berani ke pinggir karena para anggauta Anghwa-pai sudah berdiri disitu sambil tertawa bergelak.

“Mereka sudah diberi hajaran, biarkan mereka pergi,” kata Siu Bi, kakinya bergerak dan….. perahu kecil itu sudah ditendangnya sampai terbang melayang ke air, dekat kedua orang tosu yang gelagapan itu.

Cepat mereka berenang mendekati, meraih perahu terus mendayung perahu dengan kedua tangan mereka dikanan kiri perahu. Perahu bergerak perlahan ke tengah telaga, diikuti sorak-sorai dan ejekan para anggauta Ang-hwa-pai. Dapat dibayangkan betapa malunya Kung Thi Tosu dan Kung Lo Tosu, mereka terus berusaha sedapat mungkin menggerakkan perahu tanpa dayung, menjauhi pulau dengan muka sebentar pucat sebentar merah.

Baru setelah perahu mereka bergerak sampai ke tengah telaga, jauh dari pulau, mereka menyumpah-nyumpah dan mengancam akan melaporkan hal ini kepada ketua mereka.

“Pemuda jahanam, gadis liar'” Kung Thi Tosu memaki gemas. “Awas kalian orang-orang Ang-hwa-pai, Kun-lun-pai takkan mendiamkan saja penghinaan ini!”





“Sudahlah, Suheng. Mari kita gerakkan perahu mendarat dan cepat-cepat kita kembali ke Kun-lun untuk lapor kepada sucouw (kakek guru).”

Kung Lo Tosu menghibur. Mereka terus mendayung perahu mempergunakan kedua lengan. Karena mereka berkepandaian tinggi dan tenaga mereka besar, biarpun perahu hanya didayung dengan tangan, perahu dapat meluncur cepat menuju ke darat.

Tiba-tiba dari sebelah kanan meluncur sebuah perahu kecil. Penumpangnya hanya seorang wanita muda yang berdiri di tengah perahu dan menggerakkan dayung kekanan kiri sambil berdiri saja. Namun perahunya dapat meluncur laksana digerakkan tenaga raksasa!

Melihat ini saja, dua orang tosu itu dapat menduga bahwa gadis yang cantik dan gagah ini tentulah seorang berilmu. Sebaliknya gadis itupun dapat mengerti bahwa dua orang tosu yang mendayung perahu hanya dengan tangan itu tentulah orang-orang berkepandaian tinggi.

Kung Thi Tosu dan Kung Lo Tosu tidak mempedulikan gadis itu, malah mereka segera membuang muka. Mereka mengira bahwa gadis yang lihai ini tentulah orang Ang-hwa-pai, sebangsa dengan gadis remaja yang tadi merobohkan Kung Lo Tosu. Mereka tidak mau mencari penyakit, tidak mau mencari gara-gara, maka lebih aman membungkam dan pura-pura tidak melihat.

Akan tetapi, tidak demikian dengan gadis itu. la sengaja memotong jalan, menghadang perahu mereka. Karena tidak ingin perahu mereka bertumbukan, terpaksa mereka menahan lajunya perahu dan memandang.

Yang berdiri di tengah perahu kecil itu adalah seorang gadis yang masih muda, seorang gadis yang cantik manis, senyumnya selalu menghias bibir, sepasang matanya tajam berpengaruh, dan dibalik kecantikan itu tersembunyi kegagahan. Tubuhnya ramping padat, pakaiannya sederhana dan rambutnya yang hitam itu, dikuncir kebelakang, melambai-lambai tertiup angin telaga.

Gadis itu menggunakan dayung menahan perahunya, memberi hormat sambil membungkuk dalam dan mengangkat kedua tangan yang memegang dayung kedepan dada, lalu berkata, suaranya halus merdu membayangkan watak yang halus pula.

“Maaf, Ji-wi Totiang. Bukan maksudku mengganggu Ji-wi, melainkan saya mohon bertanya, telaga ini telaga apakah namanya dan pulau di depan itu pulau apa, siapa yang tinggal disana?”

Kung Thi Tosu dan sutenya saling pandang, kemudian Kung Thi Tosu bertanya,
“Nona bukan orang sana? Bukan anggauta Ang-hwa-pai?”

Kini gadis itu yang memandang heran,
“Bukan, Totiang. Kalau saya orang pulau itu, masa masih bertanya-tanya. Saya seorang pelancong yang tertarik akan keindahan telaga ini, dan ingin sekali tahu nama telaga dan pulau itu.”






No comments:

Post a Comment